Bandung (Harian.co) — “Mimpi oleh sebagian orang sering dianggap hanya sekedar bunga tidur saja, dan menurut sebagian lainnya merupakan tanda/ isyarat yang memiliki makna sehingga terkadang ia penasaran dan bertanya – tanya tentang arti dari mimpinya tersebut. Namun ada juga sebagian lainnya yang cuek tidak menganggap apapun soal mimpi.  Jika merujuk pada literatur yang diterbitkan oleh American Psychological Association, mimpi boleh jadi berhubungan dengan adanya sakit fisik atau beban pikiran yang harus disampaikan," ujar Pemerhati Psikologi Sosial Dede Farhan Aulawi di Bandung, Kamis (15/04/2021). 

Lebih lanjut dia juga menjelaskan dengan merujuk pada pendapat James P. Chaplin, yang mengatakan bahwa mimpi adalah deretan tamsil dan ide yang kurang lebih saling berhubungan dan berlangsung selama seseorang tidur atau dalam keadaan dibius, ataupun ketika dihipnotis. Psikologi mimpi berusaha mengungkap klien dari jenis mimpi, tafsir mimpi, kualitas dan gangguan tidur, serta terapi mimpi. Psikolog Sigmund Freud memiliki pandangan tersendiri berkaitan dengan mimpi ini. Dimana dia memiliki pandangan bahwa mimpi merupakan pemenuhan harapan. Kegagalan pemenuhan kehidupan nyata menurutnya dipenuhi melalui mimpi. 

Penelitian terhadap orang-orang di Amerika Serikat, Korea Selatan, dan India menemukan bahwa masing-masing 56 persen, 65 persen, dan 74 persen responden, percaya bahwa mimpi mengungkapkan kebenaran yang tersembunyi. Mimpi dinilai pengalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, atau indra lainnya dalam tidur, terutama saat tidur yang disertai gerakan mata yang cepat (rapid eye movement/REM sleep). 

Kemudian Dede juga melanjutkan bahwa pemimpi juga dapat merasakan emosi ketika bermimpi, misalnya emosi takut dalam mimpi buruk. Ilmu yang mempelajari mimpi disebut Oneirologi. Penggemar Teori Freud setuju dengan makna penglihatan dalam mimpi merupakan penampakan dari hasrat dan emosi yang tersembunyi. Beberapa teori lain menunjukkan bahwa mimpi merupakan tahap pembentukan memori, penyelesaian masalah, atau sekadar produk dari aktivasi otak. Ungkap Dede.

“Mimpi merupakan pengalaman umum seseorang yang dapat digambarkan sebagai salah satu kondisi kesadaran. Kondisi ini ditandai dengan kemunculan peristiwa sensorik, kognitif, dan emosional selama tertidur. Orang yang bermimpi hampir tidak memiliki kontrol atas konten, gambar, dan aktivasi memorinya. Para ahli saraf (neuroscientist) tertarik pada struktur yang terlibat dalam produksi mimpi. Sementara psikoanalisis lebih memusatkan pada makna dari mimpi dan mengaitkannya dalam konteks hubungan dengan latar belakang orang yang bermimpi," ujarnya.

Siklus tidur ada lima tahapan, di antaranya (1) Tahap pertama adalah tidur ringan, di mana pada tahap ini gerakan mata menjadi lambat dan aktivitas otot juga berkurang. Secara keseluruhan, tahap ini sekitar 4-5 persen dari keseluruhan tidur seseorang. Lalu (2) pada tahap kedua, gerakan mata berhenti dan gelombang otak menjadi lebih lambat. Sesekali terjadi sleep spindle atau semburan gelombang otak cepat. Tahapan ini sekitar 45 hingga 55 persen dari keseluruhan tidur. (3) Memasuki tahap ketiga, gelombang otak terus menjadi sangat lambat dan mulai memunculkan gelombang delta dengan diselingi gelombang otak yang lebih kecil dan lebih cepat. Kondisi ini berlangsung sekitar 4-6 persen dari keseluruhan tidur. Pada tahap (4), otak hanya akan menghasilkan gelombang delta hampir secara eksklusif. Dalam tahap 3 dan tahap 4, kondisi ini disebut dengan tidur nyenyak, di mana seseorang tidur lelap dan dalam kondisi sangat rileks. Akan sangat sulit untuk membangunkan orang yang tertidur dalam fase ini. Bahkan beberapa mungkin sama sekali tidak merespons adanya gerakan atau suara di sekitar mereka. Tahap (5) sebagai fase gerakan mata cepat atau rapid eyes movements (REM). Hal ini dikarenakan adanya pergerakan bola mata dengan cepat ke berbagai arah. Dalam fase ini, detak jantung meningkat dan tekanan darah juga naik. Pernapasan akan menjadi lebih cepat, tidak teratur, dan pendek. Otot tungkai akan menjadi lumpuh sementara. Pada kondisi inilah seseorang akan mengalami mimpi. Selain itu, seseorang juga akan mengalami peningkatan detak jantung dan tekanan darah dalam tahap REM. Khusus pada pria, ereksi penis juga dapat terjadi. Tahapan ini menyumbang 20-25 persen dari keseluruhan waktu tidur.

Sering juga orang mengalami mimpi yang serupa, seperti dikejar, terjatuh, atau berada di publik tanpa busana. Macam-macam mimpi ini biasanya disebabkan karena stres atau kecemasan yang tersembunyi. Walaupun macam-macam mimpi ini sama, artinya tetap bisa berbeda dari satu orang ke orang lainnya. Mimpi buruk sering terjadi disebabkan oleh stres, konflik, atau ketakutan, trauma, masalah emosional, pengaruh obat-obatan atau penyakit.

Kemudia Dede juga menambahkan tentang Lucid Dream yaitu bermimpi namun dalam keadaan sadar bahwa dia sedang dalam mimpi. Riset menunjukkan bahwa lucid dream terjadi dibarengi dengan meningkatnya aktivitas dari beberapa bagian otak yang biasanya diam saat tidur. Lucid dream menunjukkan kondisi otak yang terjadi pada fase REM dan tersadar. Beberapa orang yang disebut sebagai lucid dream mampu mengontrol arah dari mimpi mereka, mengubah alur cerita mimpi. Walaupun ini adalah strategi yang bagus, terutama semasa mengalami mimpi buruk, para ahli menyarankan agar dia membiarkan mimpi berjalan secara alami saja. Ungkapnya.

Dalam hadist Abu Hurairah RA menyebutkan bahwa mimpi itu ada tiga macam yaitu bisikan hati, ditakuti setan, dan kabar gembira dari Allah. Jika seseorang mimpi pada kategori yang pertama, maka mimpi ini tak perlu diceritakan apalagi ditafsirkan. Sebagaimana riwayat dari Jabir mengisahkan seorang lelaki yang bertanya kepada Nabi SAW tentang mimpinya semalam. 
"Ya Rasulullah, aku bermimpi kemarin seakan-akan kepalaku di penggal, bagaimana itu?" tanya laki-laki tersebut.

Rasulullah SAW pun tersenyum, seraya bersabda, "Apabila setan mempermainkan salah seorang dari kalian di dalam tidurnya, maka janganlah dia menceritakannya kepada orang lain." (HR Muslim).

Demikian juga mimpi kategori yang kedua. Mimpi buruk yang selalu teringat bisa jadi pertanda keburukan, maka hendaklah si pemimpi menahan diri untuk menceritakannya kepada orang lain.

Adapun mimpi jenis ketiga mengindikasikan kebenaran. Mimpi yang baik dan menggembirakan inilah yang patut diceritakan dan dimintakan penakwilannya kepada orang saleh. Imam Malik memesankan, tidak seluruh mimpi patut diceritakan. Hanya mimpi-mimpi yang baik saja yang patut untuk diceritakan. Hal ini berdalil dengan hadis Rasulullah SAW, "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik-baik saja atau diam." (HR Bukhari Muslim). Demikian juga dalam hal menceritakan mimpi. Hendaklah mimpi yang diceritakan hanya mimpi yang baik-baik saja.