Harian.co — Setiap manusia pada dasarnya selalu ingin bahagia, meskipun cara mendefinisikan bahagia antara yang satu dengan yang lainnya boleh jadi berbeda. Ada orang yang mendefinisikan bahagia jika ia bisa kaya raya, ada juga yang mendefinisikan kalau bisa memiliki pasangan idaman, ada yang mengatakan kalau punya rumah dan mobil, dan sebagainya. Tentu sah – sah saja kalau setiap orang memiliki “impian tertentu” dalam mendefinisikan bahagia yang diimpikannya. Persoalan kemudian adalah apakah yakin saat “syarat” yang disampaikan tadi sudah dimiliki, apakah pasti bisa bahagia ? Sebuah pertanyaan sederhana yang bisa menjadi bahan renungan kita semua dalam melangkah. Apakah arah dan tujuan hidup kita selama ini sudah benar ? Atau mungkin masih ada yang perlu diluruskan seiring dengan usia yang bertambah sehingga kita lebih bijak dalam memandang dunia.
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah berusahalah untuk menjadi manusia yang memiliki kepribadian agar bisa bermanfaat bagi sesama. Hal ini sejalan dengan keterangan Rasulullah SAW kepada umatnya :
خَيْرُ الناسِ أَنفَعُهُم لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”
(Hadits Riwayat ath-Thabrani, Al-Mu’jam al-Ausath, juz VII, hal. 58, dari Jabir bin Abdullah RA. Dishahihkan Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam kitab : As-Silsilah Ash-Shahîhah)
Dengan demikian, selaku umat Islam yang baik tentunya kita harus mengikuti apa yang disampaikan oleh Rasulullah tersebut. Berusahalah agar bisa menjadi pribadi muslim yang bermanfaat, bukan hanya mencari manfaat dari orang atau memanfaatkan orang lain. Saat kita bisa memberi manfaat kepada orang lain, semuanya akan kembali untuk kebaikan diri kita sendiri. Sebagaimana firman Allah :
إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ…
“Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri …”
(QS al-Isra/ 17: 7).
Rasulullah SAW juga bersabda :
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللَّهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ.
“ Barangsiapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barangsiapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama muslim. Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan ke surga baginya. Tidaklah sekelompok orang berkumpul di suatu masjid (rumah Allah) untuk membaca al-Qur’an, melainkan mereka akan diliputi ketenangan, rahmat, dan dikelilingi para malaikat, serta Allah akan menyebut-nyebut mereka pada malaikat-malaikat yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa yang ketinggalan amalnya, maka nasabnya tidak juga meninggikannya.”
(Hadits Riwayat Muslim, Shahîh Muslim, juz VIII, hal. 71, hadits no. 7028, dari Abu Hurairah RA)
Memberikan manfaat kepada orang lain sesungguhnya adalah upaya agar hati kita bahagia. Memang tidak bisa digambarkan, akan tetapi sungguh kebahagiaan itu akan terasa manakala seseorang bisa memberi manfaat untuk orang lain. Mungkin kita ingat pada sebuah cerita tentang dialog antara “Emas” dan “Tanah”, berikut ini :
Emas berkata pada tanah :
“Coba lihat pada dirimu, suram dan lemah, apakah engkau memiliki cahaya mengkilau seperti aku..?
Apakah engkau berharga seperti aku..?”
Tanah menggelengkan kepala dan menjawab:
“Aku bisa menumbuhkan bunga dan buah, bisa menumbuhkan rumput dan pohon, bisa menumbuhkan tanaman dan banyak yang lain, apakah kamu bisa..?”
Emas pun terdiam seribu bahasa......!!!!!
Dalam hidup ini, tidak sedikit manusia yang memiliki karakter seperti emas. Merasa berharga, menyilaukan tetapi tidak bisa memberi manfaat bagi sesama. Sukses dalam karir, rupawan dalam paras, tapi sukar membantu apalagi peduli. Namun ada juga manusia yang memiliki karakter seperti tanah. Dimana keadaannya biasa saja dan sederhana, namun ringan tangan untuk membantu pada sesama.
Ketahuilah bahwa makna dari kehidupan bukan terletak pada seberapa bernilainya diri kita, tetapi seberapa besar bermanfaatnya kita bagi orang lain. Jika keberadaan kita dapat menjadi berkah bagi banyak orang, barulah kita benar-benar bernilai. Apalah gunanya kesuksesan bila itu tidak membawa manfaat bagi keluarga dan sesama. Apalah arti kekayaan bila tidak berbagi pada yang membutuhkan. Apalah arti kepintaran bila tidak mau berbagi ilmu dan memberi inspirasi pada sekeliling kita. Hidup adalah sebuah proses, ada saatnya kita menerima dan ada saatnya kita harus memberi.
Semoga kita semua tergolong menjadi hamba – hamba Allah yang bisa menebarkan kebaikan, sehingga bermanfaat pada sesama. Saat kita bisa bermanfaat buat sesama itulah, in sya Allah kebahagiaan yang selama ini kita dambakan akan datang menemani setiap langkah kaki dalam kehidupan kita. Aamiin YRA
Oleh: Dede Farhan Aulawi