PEKANBARU (Harian.co) — Keterampilan Paulo Rossi menyalin ditingkungan memang terkenal di sirkuit, keterampilan dan keberaniannya menjadi perhitungan bagi para pesaingnya sehingga membuat atmosfir di sirkut merebut juara mendebarkan pada penonton.

Apa catatan yang dapat kita petik dari suasana tersebut jelas untuk menjadi sang juara ataupun meraih kedudukan tertinggi dituntut  kemampuan, keterampilan, keberanian mengambil keputusan yang tepat dan tepat kapan akan melakukannya. Penonton sebagai penikmat suasana rela berkorban agar dapat melihat dan menyaksikan idolanya  sukses  dalam suatu kompetisi.

Sementara para manajer dan tim pada saat berlangsungnya kompetisi hanya dapat  mengamati, mengevaluasi kondisi yang terjadi tanpa bisa  berbuat banyak, persoalan tikung menikung untuk meraih sang juara atau memenangkan kompetisi  memang diperlukan sportifitas dalam arti siap kalah dan siap menang. 

Pertanyaannya banyak yang siap menang tapi tak siap kalah, pada hal dua hal tersebut biasa terjadi disebabkan posisi puncak hanya milik sang juara. Agar tidak terjadi mencuri kesempatan ditikungan tajam perlu menguasai medan dimana kompetisi berlangsung. Kata banyak tikungan dan ada tikungan tajam sebagai pengingat untuk senantiasa hati-hati dan waspada.

Apalagi kadang-kadang kepercayaan yang tinggi dapat membuat lalai dan lupa bahwa semua kompetitor juga memahami kondisi suatu tikungan degan senantiasa berlatih dan belajar agar supaya tidak kena ditikungan tajam yang dapat menghasilkan korban ketidak hati-hatian ditikungan tajam. 

Mahir ditikungan tajam  diperlukan advis dari manajer dan tim kerja,untuk itu ke egoan harus dikurangi  agar "Jangan jatuh ditempat yang Datar" untuk itu senantiasa solid  dan satu sikap dan tindakan agar tim bekerja dengan komitmen yang tinggi sesuai kesepakatan bersama.

Ditulis Oleh: Drs. Sofyan M.Si (Aktivis Pendidikan Riau)