BANDUNG (Harian.co) — "Peluang dan tantangan masa depan dunia kerja banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya dinamika perubahan lingkungan strategis dan juga perkembangan teknologi yang semakin pesat. Jika bisa menyesuaikan dengan perubahan maka peluang dan kesempatan kerja selalu ada, tetapi jika tidak bisa menyesuaikan maka seolah dunia semakin sempit dan sulit," demikian diungkapkan oleh Pemerhati Ketenagakerjaan Dede Farhan Aulawi di Bandung, Kamis (11/07/2024).

Hal tersebut ia sampaikan saat dirinya  memenuhi undangan Disnaker Kota Bandung sebagai narasumber dalam kegiatan  Diseminasi Penguatan Hubungan Industrial dengan materi  'Strategi Pengembangan talent dan competence Respon Tantangan Dunia Kerja'.

Perubahan lingkungan strategis yang sangat dinamis, dan juga perkembangan teknologi yang semakin pesat akan meninggalkan entitas masyarakat yang tidak mampu dan tidak mau beradaptasi dengan perubahan.

Lapangan kerja yang semakin sulit, pemasaran produk yang semakin kompetitif, dan perkembangan teknologi yang berorientasi pada efisiensi, maka "tenaga kerja yang tanggung" dan Kompetensi yang limitatif akan menampilkan wajah seram peta masa depan dunia kerja.

Namun sebaliknya, bagi mereka yang bisa beradaptasi dengan perubahan zaman akan bertemu dengan peluang-peluang kerja yang baru. Hubungan industrial yang kompleks nampaknya akan semakin banyak berhadapan dengan tantangan baru.

Bukan hanya sebatas masalah pengupahan saja, tetapi juga dengan kompetisi global yang akan meminggirkan kaum marginal yang tidak mau atau terlambat dalam penyesuaian peradaban. Digitalisasi saat ini harusnya bukan hanya milik kaum millenial semata, tetapi juga merangsek kaum kolotnial dan generasi transisi.

Disinilah pentingnya strategi pengembangan talent dan competence menjadi sangat penting dan mendesak agar setiap orang bisa terus meningkatkan kemampuan dalam kerangka mengikuti irama zaman agar tercipta simfoni yang indah.

Talent hakikatnya bisa dibentuk dan dikembangkan, selama ada kemauan dan kesungguhan. competence juga bisa terus dibina melalui instrumen diklat yang berkelanjutan. Tuntutan single talent menjadi multy talent nampaknya menjadi standar yang tak bisa ditawar.

"Seperti biasa dengan gaya paparannya yang menarik, membuat para peserta yang hadir mengikuti seluruh rangkaian dengan penuh antusias," kata salah satu peserta.

(*)