BANDUNG (Harian.co) — Dalam minggu ini, warga dunia cukup terhenyak dengan peristiwa teror bom ribuan pager dan walkie talkie yang terjadi di Lebanon dan menimbulkan korban meninggal, luka parah, dan ribuan luka lainnya.

Sontak saja para analis pertahanan dan analis intelijen mencoba mengakses berbagai informasi kejadian tersebut dari berbagai sumber, baik sumber terbuka maupun sumber tertutup.

Baik sumber dari dalam negeri maupun sumber dari luar negeri. Lebanon sendiri sudah mensinyalir bahwa ada ‘tangan Mossad’ di balik peristiwa tersebut.

"Dugaan awal yang masuk kategori masuk akal, meskipun tentu perlu divalidasi oleh berbagai sumber lain dan pembuktian scientific lainnya. Namun, karena data dan informasi intelijen bersifat rahasia, maka pasti akan sulit untuk mendapatkan berbagai keterangan dimaksud," ujar Pemerhati Hankam Dede Farhan Aulawi di Bandung, Kamis (19/09/2024).

Hal tersebut ia sampaikan dalam obrolan ringan dengan beberapa koleganya dalam diskusi warung kopi. Menurutnya, Israel tidak membenarkan atau membantah bertanggung jawab atas insiden tersebut, meskipun banyak analis intelijen yang menduga sebagai perbuatan Mossad yang melakukan pemasangan perangkat bahan peledak pada pager dan walkie talkie yang dipicu dari jarak jauh sebagai "interdiksi rantai pasokan".

Bahkan kalau mengutif berita dari The New York Times melaporkan pasokan perangkat yang disabotase dimulai pada musim panas 2023. Laporan ABC News menyatakan BAC Consulting, perusahaan yang berbasis di Hungaria sebagai perusahaan pembuat produk tersebut yang memiliki lisensi dari produsen elektronik Taiwan Gold Apollo.

Sementara itu, perusahaan BAC ini juga memainkan peran sebagai broker perdagangan produk saja, artinya tidak memiliki pabrik pembuatan produknya di Hungaria.

Hal ini juga menjadi sangat menarik, karena sebuah perusahaan konsultan tetapi bergerak menjadi broker perdagangan produk, dan juga tidak memiliki pabrik yang memproduksinya.

Pertanyaannya adalah dimana produk pager dan walkie talkie tersebut diproduksi ?. Meskipun kalau memiliki kewenangan untuk menginvestigasi tentu bukan hal yang sulit. Apakah ada keterlibatan Gold Apollo, BAC, atau perusahaan pihak ketiga lainnya. Keterlibatan bisa secara korporasi ataupun oknum dari para pejabat yang berada di perusahaan tersebut.

"Namun karena hal ini bersifat operasi intelijen ‘khusus’, maka pasti banyak yang dirahasikan dan mungkin banyak dokumen yang sudah dimusnahkan. Lalu timbul pertanyaan berikutnya, bagaimana Israel bisa menyusup ke rantai produksi produk tersebut ?. Jika memang ini adalah serangan atau penyusupan di rantai pasokan, maka tentu melibatkan operasi besar untuk menyabotase pager dengan cara tertentu," ungkap Dede.

Selanjutnya jika mengutif Sky News Arabia, mengatakan perangkat komunikasi tersebut jatuh ke tangan Israel sebelum mencapai kelompok Hizbullah Lebanon. Mossad berhasil mencegat perangkat komunikasi tersebut sebelum dikirimkan ke kelompok Hizbullah. Mossad dianggap telah berhasil memasang sejumlah bahan peledak pentaerythritol tetranitrate (PETN) dalam baterai pager, yang diledakkan dengan meningkatkan suhu baterai.

"Perlu diketahui bahwa Pentaerythritol tetranitrate (PETN) merupakan bahan peledak ester nitrat dari pentaerythritol, dan secara struktural sangat mirip dengan nitrogliserin. Penta mengacu pada lima atom karbon dari kerangka neopentana. PETN merupakan bahan peledak yang sangat kuat dengan faktor efektivitas relatif 1,66. Bila dicampur dengan bahan pemlastis, PETN akan membentuk bahan peledak plastik. Bersama dengan RDX menjadi bahan utama Semtex dan C4. Bahan peledak ini merupakan bahan komponen dasar peledak selain TNT, amonium pikrat, RDX, HMX, bubuk aluminium, yang kemudian dikomposisikan menjadi bahan peledak jenis baru. PETN diproduksi oleh banyak produsen dalam bentuk bubuk, atau bersama-sama dengan nitroselulosa dan pemlastis dalam bentuk lembaran plastik tipis," tambah Dede.

Selanjutnya Dede juga mengatakan bahwa kasus yang serupa pernah terjadi tahun 1996, dimana salah satu personil Hamas Yahya Ayyash dibunuh menggunakan telepon seluler dengan sedikit bahan peledak di dalamnya.

Pager dan walkie talkie yang meledak di Lebanon ini diperkirakan berisi 10 hingga 20 gram bahan peledak. Untuk melakukan modifikasi atau proses manufakturnya tentu tidak sederhana, termasuk membutuhkan jaringan perusahaan cangkang untuk memutus mata rantai informasi rahasia ini.

Dugaan awal adalah Mossad mencegat dan menanam bom dalam pengiriman pager yang ditujukan ke Hizbullah. Namun dugaan ini agak absurd karena untuk memotong proses waktu di tengah jalan terlalu singkat, sehingga dugaan logik adalah mendirikan perusahaan untuk memproduksi pager sendiri, dan menanam bahan peledak PETN di dalamnya, yang siap diledakkan dengan pesan tertentu.

"Hizbullah sebenarnya bisa bertanya ke BAC Consulting dimana mereka membuat produk tersebut, yang merupakan perusahaan penerima pesanan dari Hizbullah. Dan juga bertanya ke Gold Apollo terkait dengan lisensi yang diberikan, karena pemberian lisensi pasti ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Diantaranya audit terhadap proses manufakturnya, jadi Gold Apollo bisa dipastikan dimana proses manufakturnya, meskipun mungkin saja Gold Apollo tidak tahu rencana pemasakan bahan peledak dalam pager dan walkie talkie tersebut," imbuh Dede. 

Kemudian Dede juga menjelaskan bahwa PETN komersial diproduksi melalui nitrasi pentaeritritol secara terus-menerus. Dalam proses ini, pentaeritritol dan asam nitrat dimasukkan ke dalam reaksi yang menyebabkan PETN mengendap, lalu diisolasi melalui pengenceran dengan air dan penyaringan.

Dalam keadaan kering, sensitivitas benturan 3–4 J dan sensitivitas gesekan sekitar 60 N menjadikan material ini sangat sensitif. Pager dan walkie talkie berfungsi sebagai detonator biasa (Plain Detonator) yang menjadi pemicu awal proses peledakan.

Desain awal sebelum melakukan peledakan yang meliputi burden, spacing, stemming, powder column, dan subdrilling merupakan geometri peledakan. Ada juga Faktor K, yaitu faktor skala yang mengorelasikan jarak (D) dan Berat Peledak Bersih (W) dengan tekanan insiden puncak tertentu berdasarkan hubungan Kingery-Bulmash.

Dari beberapa informasi yang diperoleh, setidaknya ada dua perusahaan cangkang yang mungkin terkait dan bisa dimintai keterangan terkait hal tersebut, misalnya Norta Global Ltd di Sofia Bulgaria, yang dipimpin pengusaha Norwegia yang memfasilitasi penjualan pager itu ke Hizbullah. Sekitar 1,6 juta euro yang terkait dengan transaksi melewati Bulgaria dan dikirim ke Hungaria.

Memang tidak diketahui secara pasti seberapa jauh keterlibatan para pebisnis sah yang menjalankan perusahaan, seperti bos BAC Cristiana Barsony-Arcidiacono yang membantah mengetahui rencana Mossad tersebut.

Produksi pager ditingkatkan setelah pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah melarang ponsel dan menganjurkan pager. Pager AR-924 yang digunakan diduga dibajak atau diproduksi sendiri oleh Israel menggunakan berbagai perusahaan cangkang sebagai kaki tangannya sebelum digunakan Hizbullah.

Adapun foto perangkat walkie talkie yang meledak menunjukkan panel dalam berlabel ICOM, sebuah perusahaan komunikasi radio dan telepon yang berbasis di Jepang. Namun perusahaan tersebut mengatakan produksi model radio genggam ICOM telah dihentikan sejak 2014, termasuk IC-V82 yang tampak sangat mirip dengan foto dari Lebanon.

"Implikasi strategis dari peristiwa ini adalah kehati-hatian dalam memilih dan menggunakan perangkat komunikasi, termasuk handphone dan perangkat elektronik lainnya. Mulai memikirkan alat komunikasi hasil karya anak bangsa yang diproduksi di dalam negeri dan diharapkan 100% komponennya dari dalam negeri. Teror dan sabotase semakin berkembang mengikuti perkembangan zaman, maka perlu langkah-langkah antisipatif agar tidak terjadi di Indonesia," pungkas Dede.

(*)