BANDUNG (Harian.co) — Bela negara merupakan hak dan sekaligus kewajiban setiap warga negara untuk membela tanah airnya. Dalam kondisi perang, setiap warga negara berhak dan berkewajiban untuk turut andil dan berpartisipasi agar tanah air terbebas dari segala bentuk penjajahan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan.

Dalam kondisi damaipun, setiap warga negara bisa berpartisipasi dalam bentuk karya dan kerja produktif sesuai dengan bidang keahlian dan profesi masing-masing.

"Apalagi jika bisa mengharumkan nama bangsa dan negara. Minimal bisa menjaga marwah dan kehormatan negara dari perilaku kotor yang bisa berdampak terhadap tercorengnya nama baik negara," ujar Dewan Pakar Forum Bela Negara Jawa Barat Dede Farhan Aulawi di Bandung, Minggu (15/09/2024).

Hal tersebut ia sampaikan saat dirinya memenuhi undangan sebagai narasumber Bela Negara dalam Pelatihan Jaya Pertiwi I, Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan, Kuartir Daerah Kota Bandung. Kegiatan di selenggarakan di aula Muhammadiyah International School, Antapani kota Bandung.

Pada kesempatan ini, materi yang disampaikan oleh Dede Farhan Aulawi terkait dengan 'Indonesia di Tengah Pusaran Kepentingan Dunia'. Dalam konteks ini, ia menjelaskan dengan gamblang dan lugas pemetaan kompleksitas permasalahan tatanan dunia dengan segala atribut kepentingannya.

Apalagi Indonesia dinilai memiliki banyak variabel strategis. Disamping aspek geografis dan demografis, Indonesia juga aktif bahkan menjadi pemimpin negara-negara non blok, OKI, Asean dan AIS Forum.

Oleh karena itu, merupakan sesuatu yang sangat wajar jika banyak negara yang berkepentingan dengan Indonesia. Termasuk melimpahnya sumber daya alam menjadi salah satu faktor pemikat yang sangat menggiurkan.

Disamping itu, Dede pun menjelaskan dampak perang Rusia vs Ukraina termasuk campur tangan AS dan NATO. Termasuk meluasnya peperangan di Timur Tengah, juga meningkatnya ketegangan di semenanjung Korea dan Taiwan.

Dinamika variabel ketegangan saat ini berpotensi menimbulkan Perang Dunia III yang ditandai dengan penggunaan senjata nuklir dalam skala besar yang bisa menimbulkan pekatnya radiasi nuklir dan depopulasi umat manusia.

Luasnya pengetahuan dan wawasan yang ia miliki terlihat dari kemampuannya dalam mendeskripsikan persoalan sehingga mudah dipahami oleh masyarakat awam.

Dalam skala mikro, dijelaskan permasalahan rusaknya kualitas udara, penurunan tingkat air tanah, lingkungan yang kotor, dan lain-lain. Hizbul Wathon bisa mengambil posisi di garda depan dalam melakukan perbaikan lingkungan, kebersihan, sumber air bersih, penghijauan, dan peningkatan jumlah serta kualitas oksigen yang sehat.

Disinilah nilai-nilai cinta tanah air menjadi penting, termasuk kesadaran bela negara sebagai hak dan kewajiban warga negara.

"Tak lupa saya ingin mengingatkan pentingnya peran orang tua, para guru dan kepala sekolah dalam mendidik anak-anak. Bukan hanya kewajiban mengajar, tetapi juga kewajiban untuk mendidik dan memberi contoh penuh ketauladanan. Termasuk memberikan motivasi dalam membentuk karakter anak didik yang berakhlak mulia, semangat, selalu optimis dan tetap semangat dalam menimba ilmu," pungkas Dede.

(*)