TASIKMALAYA (Harian.co) — Indonesia memiliki keragaman jumlah dan jenis seni tradisional yang sangat banyak sekali, termasuk di wilayah kabupaten dan kota Tasikmalaya. Pagelaran seni tradisional menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam konsep pengembangan pariwisata, terutama guna menunjang atraksi budaya lokal di berbagai destinasi wisata.
"Namun di dalam prakteknya, para pelaku seni tradisional ini memiliki beberapa kendala dan tantangan sehingga dipandang perlu dibahas bersama dan ditinjau dari berbagai sisi. Termasuk upaya peningkatan kesejahteraan para pelaku seni tradisional tersebut," ujar Dede Farhan Aulawi di Tasikmalaya, Sabtu (14/09/2024).
Hal tersebut ia sampaikan ketika dirinya menjadi salah satu narasumber dalam Seminar Pembinaan Pelaku Seni Tradisional Sebagai Dukungan Atraksi di Destinasi Wisata. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Yayasan Baraya Ika Nedutas 1986 yang diketuai oleh ibu Hj. Sofie Hafieti dengan sekretarisnya Ir. Ikhsan Farid.
Pelaksanaan seminar dilaksanakan di auditorium hotel Ramayana, Jalan R.E. Martadinata No.333, Kota Tasikmalaya. Sementara itu Ketua Pelaksana kegiatan Ir. H. Asep Wecky dalam sambutannya menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pelaku seni tradisional yang hadir dari kabupaten dan kota Tasikmalaya, dimana penyelenggaraan seminar ini sebagai wujud konkrit bahwa pengurus yayasan menaruh perhatian besar dalam memajukan dan mengembangkan seni tradisional di Tasikmalaya.
Narasumber lain yang hadir dalam kesempatan ini adalah Bapak Yod Mintaraga, MPA (Ketua Fraksi Golkar DPRD Jabar), Kepala Disparbud kota Tasikmalaya, Ketua Geopark Galunggung Safari Agustin, MSi, dan Praktisi Seni Musik H. Asep Nurjaeni, SH, MHum.
Dalam konteks ini semua narasumber memiliki pandangan dan komitmen yang sama tentang pentingnya penguatan seni tradisional sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam pengembangan pariwisata di Tasikmalaya. Semua masyarakat dinilai bisa turut serta berkontribusi memajukan seni dan budaya daerah sehingga bisa lebih dikenal dan lebih maju lagi.
Pada kesempatan ini, Dede Farhan Aulawi menyampaikan paparan dengan judul ‘Manajemen Pagelaran Seni Tradisional Dalam Peningkatan Profesionalisme’.
Menurutnya, ada tiga hal penting yang perlu dibahas yaitu konteks Pagelaran Seni Tradisional, penerapan aspek manajerial dalam pagelaran seni tradisional, dan upaya-upaya untuk meningkatkan profesionalitas dalam penyelenggaraannya.
Aspek manajerial pada dasarnya menerapkan prinsip-prinsip manajemen, seperti Planning, Organizing, Acting and Controlling (POAC). Sementara terkait profesionalitas, bicara soal kuantitas, kualitas (kompetensi) dan integritas SDM-nya.
Pembinaan Pelaku Seni Budaya Tradisional meliputi pembinaan TEKNIS, pembinaan MANAJERIAL dan pembinaan POLITIS (aspek legalitas, kebijakan, komitmen, dan tersedianya alokasi anggaran).
Indonesia sesungguhnya sangat kaya dengan keragaman pelaku seni budaya, hanya saja kesejahteraannya masih banyak yang belum diperhatikan. Padahal pagelaran seni tradisional menjadi bagian yang terpisahkan dalam konsep pengembangan pariwisata Indonesia.
"Oleh karenanya, disini kita duduk bersama gun amerumuskan berbagai upaya yang bisa dilakukan agar penyelenggaraan pagelaran seni tradisional bisa semakin profesional. Tolok ukurnya, sederhana saja yaitu pelaksanannya berjalan dengan lancar, tidak ada komplain yang signifikan, dan memperoleh pendapatan dalam waktu dan nominal sesuai kesepakatan," pungkas Dede.
(*)