INDRAMAYU (Harian.co) — Tantangan dunia saat ini dan ke depan memiliki kompleksitas permasalahan yang semakin berat, karena dihadapkan pada berbagai persoalan konvensional, persoalan digital dan juga kombinasi keduanya. Akan lahir berbagai persoalan baru yang sebelumnya belum ada.

"Untuk itu, sangat diperlukan pemimpin yang hebat (The Great Leader) yaitu yang mampu beradaptasi dengan berbagai perkembangan zaman sehingga mampu merumuskan berbagai alternatif solusi dari setiap permasalahan yang dihadapinya. Pemimpin yang hebat memiliki kompetensi, integritas, visi yang jelas, kepemimpinan inklusif, dan kemampuan untuk menginspirasi dan memotivasi orang-orang di sekitarnya," ujar Pakar Kepemimpinan Dede Farhan Aulawi di Indramayu, Rabu (13/11/2024). 

Hal tersebut ia sampaikan saat dirinya menyampaikan kuliah umum di Fakultas Ekonomi Universitas Wiralodra kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Menurutnya, pemimpin yang hebat tidak hanya memiliki keterampilan untuk menavigasi situasi yang kompleks, namun juga kemampuan untuk memelihara dan mengembangkan bakat orang-orang yang dipimpinnya.

Oleh karena itu, konsep pemimpin yang hebat tidak hanya sekedar materi kesuksesan, tetapi juga membangkitkan semangat pada individu dan komunitasnya. Great Leader adalah individu yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan ide-ide luar biasa dan mewujudkannya dalam realitas. 

Pada kesempatan tersebut ia pun menjelaskan bahwa para pemimpin pada dasarnya memiliki karakteristik, kelebihan, dan kekurangan. Namun, terdapat satu kesamaan utama yaitu mereka tidak pernah berhenti belajar sehingga mampu memberikan harapan dan solusi dari setiap persoalan yang diahadapinya. Pemimpin bangsa adalah harapan rakyat agar tidak kelaparan, keamanan terjamin, mendapat keadilan hukum, pendidikan yang layak, dan hak-hak mereka terjaga. 

Selanjutnya Dede juga mengatakan bahwa berani berubah harus bertanggung jawab dengan risikonya. Manusia pemberani bukanlah mereka yang tidak merasakan takut, melainkan mampu menaklukkan rasa takutnya.

Inilah yang kemudian membuat Franklin Delano Roosevelt, mantan Presiden Amerika, mengatakan "Satu-satunya hal yang harus kita takutkan adalah rasa takut itu sendiri". Rasa takutlah itulah yang menjadi musuh utama. Begitupun dengan ucapan senada yang disampaikan Joseph Stalin, "Sejarah telah memperlihatkan, tidak ada musuh yang tak terkalahkan".

"Belajar dari seorang pemimpin berarti berusaha untuk meneladani kepemimpinan mereka. Pemimpin bukanlah bos yang menimbulkan ketakutan, tapi seseorang yang memancarkan kasih. Para pemimpin melahirkan visi, yaitu realitas yang belum terjadi, tapi bukan mimpi. Visi merefleksikan pemahaman luas dan mendalam yang membuat seseorang mampu mendeteksi kecenderungan yang mengarahkan pemimpin untuk bertindak berdasarkan realitas menuju masa depan. Bagi Mandela, visi tersebut adalah hilangnya perbudakan dari Benua Afrika. Bagi Soekarno, visi tersebut adalah Indonesia Merdeka. Bagi Kennedy, visi tersebut ialah mendaratkan manusia di bulan," tambahnya.

Kemudian Dede juag menambahkan bahwa perjuangan dan prestasi para pemimpin bisa menjadi teladan nyata dan dapat menjadi sumber inspirasi. Pengembaraan mereka yang sangat luas dalam kepemimpinan menjadi bahan renungan untuk merealisasikan potensi diri.

Seorang pemimpin harus bekerja efisien dan efektif. Menurut Peter F Drucker, "Efisiensi itu melakukan sesuatu dengan benar. Efektivitas adalah melakukan hal yang benar". Dua hal ini akan berdampak positif demi kemajuan dan kesuksesan. Tanpa itu, pemimpin hanya berkhayal dalam ruang hampa.

"Oleh karena itu, Pemimpin lebih berfokus pada nilai, watak, dan komitmen. Itulah yang harus terus-menerus diperhatikan pemimpin. Jadi, memimpin itu seni, bukan ilmu pengetahuan. Mencari orang yang cerdas memang tidak mudah, akan tetapi mencari orang yang berintegritas jauh lebih susah lagi karena ia harus mempu menjadi contoh dan model bagi anggotannya sehingga setiap anggota bisa meneladani kehidupan dan mencontohnya," pungkas Dede.