BANDUNG (Harian.co) — Seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman, berbagai jenis penyakit baru banyak yang bermunculan. Di sisi lain, biaya pengobatan modern pun terasa semakin mahal dan banyak tidak terjangkau oleh masyarakat. Kemudian antrian berobat selalu cukup panjang karena banyaknya pasien yang datang, sehingga terkadang terasa bosen dan males karena harus menunggu cukup lama.
"Belum lagi terkait efek samping obat-obat kimiawi. Dari sisi yang lain lagi sebenarnya Indonesia memiliki potensi keragaman hayati yang sangat banyak, yang notabene memiliki bahan baku obat yang melimpah, akan tetapi belum termanfaatkan secara maksimal. Untuk itulah Pusdiklat Prawita GENPPARI menginisiasi pelatihan Budidaya Tanaman Obat Keluarga," ujar Ketum DPP Prawita GENPPARI Dede Farhan Aulawi di Bandung, Sabtu (30/11/2024).
Hal tersebut ia sampaikan saat dirinya memberikan pelatihan Budidaya Tanaman ObatKeluarga (TOGA) yang diselenggarakan di Rumah Para Pecinta Ilmu (RUMPPI) pada hari Sabtu. Pelatihan ini diselenggarakan secara GRATIS buat masyarakat sebagai bentuk kepedulian sosial dalam meningkatkan pengetahuan dan wawasan yang berkaitan dengan budidaya tanaman obat dengan memanfaatkan setiap jengkal tanah yang ada di pekarangan. Bisa juga memanfaatkan media pot atau kaleng bekas untuk menanam di lahan yang sempit.
Menurutnya, ada prospek dan harapan besar untuk mulai melakukan upaya pembudidayaan tanaman obat secara kolektif guna memenuhi kebutuhan objektif masyarakat akan kebutuhan obat-obatan, membantu menekan biaya pengobatan. panggilan kemanusiaan untuk kesehatan masyarakat, serta sebenarnya tersimpan potensi ekonomi untuk melakukan budidaya tanaman obat tersebut. Tapi dalam skala kecil minimal bisa memenuhi kebutuhan obat keluarga dan tetangganya.
Pada kesempatan tersebut, Dede juga menjelaskan bahwa budidaya tanaman obat pada hakekatnya adalah suatu cara pengelolaan sehingga suatu tanaman obat dapat mendatangkan hasil tinggi dan bermutu baik. Dimana tanaman dapat tumbuh pada lingkungan yang sesuai, antara lain pada kesuburan tanah sepadan, iklim yang sesuai dengan teknologi tepat guna.
Penjelasan dimulai dari dasar pemikiran urgensi budidaya tanaman obat. Prospek usaha dalam menembus pangsa pasar, baik untuk industri kesehatan maupun industri kecantikan. Kemudian dibahas juga terkait peraturan pengobatan alternatif atau komplementer dalam pengobatan modern. Lalu penjelasan mengenai Uji klinis, Uji toksisitas dan uji lainnya guna mengetahui kategori grade A, B, C atau D yaitu Strong Scientific Evidence, Good Scientific Evidence, Unclear or Conflicting Scientific Evidence, dan Fair Negative Scientific Evidence.
Pentingnya mengembangkan pola fikir yang konstruktif, asupan gizi yang memadai dan olah raga yang teratur. Sugesti dan efek Placebo dalam praktek penyembuhan. Semua diuraikan secara gamblang dan terinci.
"Pada dasarnya Pusdiklat PRAWITA GENPPARI konsen dengan pengembangan dan peningkatan mutu SDM Indonesia di banyak bidang. Setiap masyarakat bisa ikut serta dalam pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan sesuai dengan bidang peminatan masing-masing. Tanpa membebani keuangan negara, tanpa harus meminta-minta dana maupun mengajukan proposal kesana kemari, program-program tetap dapat berjalan secara konsisten sudah hampir 5 tahun," ungkap Dede.
(*)