SUMEDANG (Harian.co) — Harlah NU yang ke 102 ini memiliki makna yang dalam dan luas dalam perjalanan sejarah bangsa dan negara. Nahdhatul Ulama (NU) sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia telah menjadi pilar utama dalam menjaga persatuan dan keharmonisan bangsa, menjembatani perbedaan, serta mengedepankan nilai-nilai toleransi dan kebangsaan.

"Peran nyata telah ditorehkan dalam setiap langkah organisasi melalui berbagai program dalam menguatkan kebersamaan di tengah kemajemukan bangsa. Hal ini yang harus terus dipegang teguh di tengah disrupsi informasi dan gejolak dunia yang penuh ketidakpastian. Tanpa semangat persatuan dan kebersamaan, kemajemukan bisa saja berpotensi menimbulkan perpecahan," ungkap Dede Farhan Aulawi mengawali Ceramah Kebangsaan saat memenuhi undangan MWC NU Kecamatan Sukasari kabupaten Sumedang Jawa Barat, Rabu (05/02/2025).

Hal tersebut ia sampaikan dalam Silaturahmi Keluarga Besar NU dan sekaligus memperingati harlah NU ke 102. Kegiatan dilaksanakan di Mesjid Besar Al Ansor kecamatan Sukasari dan dihadiri oleh seluruh jajaran pengurus MWC NU, Ansor, Banser, Fatayat, Muslimat, IPNU, dan IPPNU. Setelah pembacaan ayat suci al Qur’an dan sholawat, sambutan dimulai oleh Rois Syuriah MWC NU KH. Muslim Mubarok, M.Ag. Kemudian dilanjutkan dengan Ceramah Kebangsaan yang disampaikan oleh Dede Farhan Aulawi selaku Pemerhati Pertahanan dan Keamanan.

Ceramah dimulai dengan gambaran besar perubahan lingkungan strategis dan akselerasi perkembangan teknologi yang super cepat, berimplikasi pada perubahan pola fikir dan pola sikap masyarakat yang signifikan. Literasi digital yang mewarnai berbagai aspek kehidupan belum sepenuhnya bisa diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat.

Disinilah salah satu tantangan pendidikan dan pembinaan umat, khususnya generasi muda yang berbasis teknologi menjadi sangat penting. Termasuk penggunaan platform digital yang bernama media sosial, perlu dijelaskan secara baik manfaat dan mudharatnya, sehingga setiap penggunanya bisa lebih bijak dalam pemakaiannya sehingga tidak termakan oleh berbagai informasi yang belum tentu kebenarannya. Baik yang sifatnya hoaks, hate speech, dan berbagai kkejahatan digital lainnya.

Disinilah peran lembaga pendidikan dengan para pendidiknya, para orang tua siswa, serta siswa itu sendiri harus sinergi guna mencapai tujuan pendidikan yang maksimal. Pendidikan saat ini semakin berat, karena semakin miskinnya ketauladanan dari lingkungan termasuk orang tuanya. Beberapa kasus kejahatan remaja, mengungkap peran penting orang tua dalam memainkan peran yang harmonis dengan pihak sekolah. 

"Anak sebagai amanah yang dititipkan oleh Allah SWT kepada kita harus dijaga betul dengan pendidikan, penguatan aqidah dan keluhuran akhlaqnya. Semua bisa tercapai tidak semata-mata soal ilmu pengetahuan saja, tetapi perlu diimplementasikan dengan baik. Persoalan beratnya adalah keteladanan dari lingkungan, termasuk keluarganya. Oleh karena itu, menyongsong Indonesia emas 2045 nanti, SDM Indonesia harus dipersiapkan betul. Bukan hanya mencetak dan melahirkan generasi yang cerdas saja, tetapi juga memiliki keimanan dan ketaqwaan, serta akhlaq yang mulia," pungkasnya.

(*)