BANDUNG (Harian.co) — Kemajuan teknologi merupakan sebuah fakta yang tidak bisa dihindari dan berdampak luas terhadap perubahan polahidup umat manusia. Secara teoritik setiap perubahan tentu akan berdampak pisitif bagi yang mampu memanfaatkannya dengan benar, tetapi bisa juga berdampak terhadap perubahan perilaku yang pada akhirnya berdampak pula pada kesehatan. Baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental dan psikis.
"Dilain sisi pelayanan kesehatan juga bukan hal yang mudah karena tidak sedikit yang membutuhkan biaya pengobatan yang mahal. Di lain sisi di setiap lingkungan warga terkadang suka ada beberapa lahan tidur atau non produktif. Inilah yang menjadi dasar pemikiran kenapa Prawita GENPPARI senantiasa mendorong pemanfaatan lahan non produktif untuk mengembangkan apotik hidup," ucap Ketum DPP Prawita GENPPARI Dede Farhan Aulawi di Bandung, Sabtu (01/03/2025).
Hal tersebut ia sampaikan ketika dirinya bersama tim DPP Prawita GENPPARI mengunjungi apotik hidup di kampung Manggun Lebak kabupaten Bandung. Menurutnya, upaya penanaman apotek hidup di lingkungan warga merupakan salah satu upaya yang efektif mendukung perbaikan kesehatan masyarakat khususnya di lingkungan masing – masing, baik lingkungan RT ataupun RW.
Pada kesempatan tersebut ia juga menjelaskan bahwa apotik hidup merupakan pemanfaatan sebagian tanah atau lahan sisa untuk ditanami tanaman yang memiliki manfaat untuk kebutuhan sehari-hari. Pemberdayaan masyarakat dalam penanaman apotik hidup di lingkungannya tidak hanya bertujuan dalam hal penyediaan bahan obat - obatan, tetapi juga merupakan upaya dalam menjaga kesehatan lingkungan masyarakat yang bersangkutan.
Selanjutnya ia juga mengatakan bahwa banyak obat-obatan tradisional yang dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Umumnya, Obat tradisional lebih aman dibandingkan obat-obatan buatan pabrik karena bersifat alami dan memiliki efek samping yang lebih sedikit. Tanaman apotek hidup atau tumbuhan obat merupakan semua bagian tumbuhan berupa batang serta akar baik itu tanaman budidaya maupun non budidaya yang berkhasiat sebagai obat yang dapat digunakan sebagai bahan mentah pembuatan obat modern dan tradisional.
Kemudian ia juga menjelaskan beberapa jenis tanaman apotek hidup dan khasiatnya pada kehidupan sehari-hari. Diantaranya yaitu, Serai (Cymbopogon citratus), Kumis kucing (Ortosiphon aristatus), Kencur (Kaemferia galanga), Kunyit (Curcuma longa), Jahe (Zingiber officinale), Temulawak (Curcuma xanthorhiza) dan sirih (piper Betle).
"Program apotek hidup bertujuan melestarikan budaya menanam tanaman-tanaman yang bermanfaat agar tidak punah dengan semakin berkembangnya zaman. Dengan demikian, maka perlu dilakukan pemberdayaan pada masyarakat dalam penanaman apotik hidup untuk meningkatkan partisipasi dalam menjaga kelestarian lingkungan dan membangun atau mengoptimalkan karakter tanggung jawab serta upaya yang efektif mendukung perbaikan kesehatan masyarakat," pungkasnya.